SAJAK UNTUK NONA MANIS

Monday, October 15, 2012

perjuangan cinta 1


TASBIH KEHIDUPAN
perjuangan cinta


Bukit – bukit telah menggali bayang hitam dalam kencana – kencana malam dan pedesaan – pedesaan menjadi bersinar dengan cahaya – cahaya yang tiada habisnya,sebab di desa yang kulalui, tanah yang ku lalaui selalu menyinarkan kilauan emasnya.
Senja mulai menghilang,malam mualai turun,dilihatnya pada tanda – tanda matahari yang mulai tenggelam. ketenangan hati, alunan puji – puji yang mengembara dari mesjid ke rumah – rumah penduduk.
Dalam perjalanan,aku hayalkan suara itu sedang berjalan perlahan – lahan dalam ketenangan. sesekali pandanganku menoleh kerumah penduduk,suatu rumah yang sunyi,seperti bertolak belakang dalam alunan pohon – pohon membawa muatannya ,jiwa manusia.
“darma sudah kelihatan”meneruskan berita dari mata ke hati
Jarak antara kuningan cikijing adalah tiga puluh dua kilo meter,pada jarak yang sama terdapat banyak perbatasan desa,terdapat tempat wisata waduk darma yang jaraknya dari kuningan delapan kilo meter. tetapi kampungku terletak di batas malam, terletak di pinggir misteri,membuka jalan ke alam rahasia.
Aku tersenyum; langit yang tenang seperti akuarium dan bintang – bintang seperti ikan kecil yang sedang berenang.
Tanpa terasa aku sudah sampai cipadung, jalan kembali berliku hingga masuk cikijing ,busmulai terlambat karena perbatasan jalan masuk cikondang sudah terlihat dan hampir sampai.
“a...ongkosnya “suara kondektur bus mengejutkan lamunanku
“o...iya bang..”
Akhirnya sampai aku di perbatasan jalan menuju kampungku,bintang kecil,sederhana rumah yang terpencil yang indah dan damai, yang kehangatannya selalu abadi sedang menungguku.
“jang...cikondang?’tukang ojek malam menyapaku
“ya,mang...”sapaku
“jang...sampai larut malam begini”
“iya..., mang..”
Angin malam yang menusuk kulit, tajamnya dingin malam menembus kulit sampai menusuk tulang sumsum membuat tubuh ujang menggigil menahan dingin angin malam.
“jang..emang bingung ini jalan seperti walungan kering gini yah?
“kayanya pemerintah tidak melihat jalan yang sudah sakieu  ruksana”
“ah kata sayahmah jang ,pemerentah itu melihat cuman suka pura – pura buta..”
“katanya teh jalan mau di perbaiki bulan sekarang ceunah?”
“lah maenya....meureun lamun enyamah tosa aya ngabanding keusik jeung batu di pinggir jalan”
“enya aning sakitunamah”
Tanpa terasa ujang sudah sampai di kampung mungil,kampung kecil yang dama
”asalamualaikum”sapa ujang setelah sampai di depan pintu
“waalaikumusalam”sahut perempuan tua dari dalam rumah mungil

            Ujang mulai lesu, segala yang menyenangkan kehidupan orang lain dan dirinya tuntas sudah hari ini. seperti seorang pemenang pada malam hari kemenangannya. ujang perlu meresakan lelahnya – sebab orang bisa kaya karena lelahnya dan kembali menjadi orang biasa.
Kampung kecil ini suatu pemandangan yang tidak berubah-ubah, kampung kecil ini yang membuatnya damai. taman di depan rumahnya, mesjid yang selalu terbuka,keramahan orang – orang kampung, gadis – gadis kampung yang manis, kain meja yang putih mengubur kelemahan aktifitasnya.
            Sesudah istirahat sekitar tiga puluh menit,ujang beranjak dari kursi,ia pergi keluar rumah,melihat malamnya kampung; hanya suatu genggaman cahaya, kemudaian bintang – bintang,kemudian menghilang, bintang mengawang.
Suara yang indah, suara yang syahdu ketika meninabobokanku di waktu kecil terdengar di telinga memanggil ujang
“jang ..ujaaang sini sebentar”
Segera ujang masuk ker umah mendengar suara merdu itu
“aku sudah mulai tua...,aku ingin menyampaikan apa yang di sampaikan Tuhan pada umatnya, dan umatnya menyampaikannya pada ibu dan ibu menyampaikannya pada anaknya.
Jang.., dengarlah,  Allah itu ar-rahman dan ar-rahiim.
Ar-rahman dan ar-rahiim keduannya mempunya root nama yang sama yaitu asalnnya rahmat, rahmatnya yaitu untuk ciptaannya termasuk yang kafir ataupun islam, ciptaannya dan segala yang di ciptakannya.
Ar-rahiim pula ialah rahmat yang khas untuk mereka yang mempercayai Allah dan yang paling banyak sekali rahmat untuk mukmin di akhirat kelak.
Semoga kita termasuk golongan yang Allah curahkan Rahmat,Amiin..”
“jang..”suara wanita itu memanggilnya lagi
“ya..mah...!”ujang terkejut karena suara itu membangunkan aku dari lamunanku sejenak
“jang..Allah itu lebih sayang dari seorang ibu yang menyayangi anaknya”
Ujang heran dalam usiannya yang menginjak duapulu tiga tahun ini bahwa ia berfikir akan hal – hal yang tidak pernah menjadi soal baginya.
Pendidikan dalam keluarga dan keharmonisannya, yang aku rasakan malam itu seakan menyerahkan diri untuk keabadian.
Tanpa terasa sudah puku sepuluh malam lebih, maka berakhirlah aktifitas seharian itu.
“jang..?!”
“ya...pak”
“katanya mau berangkat kuliah ko malah ngalamun?”
“rutinitas pagi pak....hehehehe,ujang berangkatnya?”
“ya sudah hati – hati di jalan nak..”
Ya pak ujang pamit nya “
“muhun...”
“maah ujang mangkatnya...asalamualaikum,,”
“walaikumusalam ..”sahut kedua orang tuannya
*
Suara ojek yang membonceng ujang semaki lama semakin kecil,karena semakin jauh.
Pagi yang sangat cerah ,dalam perjalanannya, jalan kembali berliku seperti ular yang berjalan, bus pagi ini terasa padat oleh penumpang apalagi anak – anak sekolah,sampailah akau di darma di sana salah satu tempat pariwisata yang jaraknya empat belas kilo meter dari cikijing dan delapan kilo meter dari kota kuda.
Tiga puluh menit dari darma dan turun di terminal kadugede aku naik angkot menuju kampus tempat aku menuntun ilmu.
Sampailah aku di tempat menuntun ilmu.
“hai..!pagi jang...!!!” sahut temannya roni
“loe.... ron,kirain siape...” 
“pagi yang cerah untuk jiwa yang cerah...hahahaha”
“jiwannya iya, tapi kehebatan alam lagi bersembunyi saja di mana – mana, seperti ulat yang bersembunyi dalam mangga,pagi ini mungkin akan bagus mungkin juga jelek”
“woiii...!ujang...!roni..!”dari jaum memed memanggil
“kantin yuk ...gua pada teraktir dah kalian semua..!”
“Mau kagak?..”
“ya iya lah kite pade mau ape lagi kalo gratis..”sahut roni
Kebetulan saat itu kampus lagi bebas tapi aktifitas mahasiswanya tetap ramai.
            Saat kami bertiga berjalan menuju kantin mataku dengan serentak mengirimkan berita pada hati tentang apa yang di lihatnya tadi.
Ia termenung, ya, ia termenung di sana ia menemukan sesuatu yang ajaib dekat tangga menuju keruang atas di ampusnnya, ia duduk manis,dengan lesung pipi yang agak bulat an kerudung melengkapi ke cantikannya.apa yang ia rasakan tidak dapat ia lihat, tapi ada rasa yang menekan, seperti ada perasaan seseorang yang menyangka dirinya sendiri tapi tidak sendiri.tiba – tiba ujang merasa takut, tetapi terlambat dan tidak ia tahu entah bagai mana, dari mana atangnya kekuatan itu?.
Apa yang mengatakan kepadanya, bahwa ketakutan itu membersit dari batu merah yang penuh lumut, menguap hari hati itu?
Sebab tidak ada yang terlihat datang padanya, tidak ada badai dasyat yang mengancam.dunia yang dulu itu kembali menariknya, tetapi sedikit berbeda dari yang dulu.semua yang ujang lihat semua menjadi berubah warna, entah warna apa itu, tiba – tiba seperti mulai hidup laksana jari – jari yang memetik dawai – dawai kecapi.
“inikah cinta yang memanggilku kembali kedunianya ?.... cinta itu datang lagi dari betina itu.”hati ujang berkata.
“woii..malah melamun katanya mau ke kantin,  jadi ga ?”
“i...ii...iya” denagn nada terpata – pata karena ia kaget.
Roni dan memed menarik tangan roni dengan sedikit guyonan dan bercanda menuju kantin belakang kampus.

bersambung.......




No comments:

Post a Comment