TASBIH KEHIDUPAN
perjuangan cinta
Bukit
– bukit telah menggali bayang hitam dalam kencana – kencana malam dan pedesaan
– pedesaan menjadi bersinar dengan cahaya – cahaya yang tiada habisnya,sebab di
desa yang kulalui, tanah yang ku lalaui selalu menyinarkan kilauan emasnya.
Senja
mulai menghilang,malam mualai turun,dilihatnya pada tanda – tanda matahari yang
mulai tenggelam. ketenangan hati, alunan puji – puji yang mengembara dari
mesjid ke rumah – rumah penduduk.
Dalam
perjalanan,aku hayalkan suara itu sedang berjalan perlahan – lahan dalam
ketenangan. sesekali pandanganku menoleh kerumah penduduk,suatu rumah yang
sunyi,seperti bertolak belakang dalam alunan pohon – pohon membawa muatannya
,jiwa manusia.
“darma
sudah kelihatan”meneruskan berita dari mata ke hati
Jarak
antara kuningan cikijing adalah tiga puluh dua kilo meter,pada jarak yang sama
terdapat banyak perbatasan desa,terdapat tempat wisata waduk darma yang
jaraknya dari kuningan delapan kilo meter. tetapi kampungku terletak di batas
malam, terletak di pinggir misteri,membuka jalan ke alam rahasia.
Aku
tersenyum; langit yang tenang seperti akuarium dan bintang – bintang seperti
ikan kecil yang sedang berenang.
Tanpa
terasa aku sudah sampai cipadung, jalan kembali berliku hingga masuk cikijing
,busmulai terlambat karena perbatasan jalan masuk cikondang sudah terlihat dan
hampir sampai.
“a...ongkosnya
“suara kondektur bus mengejutkan lamunanku
“o...iya
bang..”
Akhirnya
sampai aku di perbatasan jalan menuju kampungku,bintang kecil,sederhana rumah
yang terpencil yang indah dan damai, yang kehangatannya selalu abadi sedang
menungguku.
“jang...cikondang?’tukang
ojek malam menyapaku
“ya,mang...”sapaku
“jang...sampai
larut malam begini”
“iya...,
mang..”
Angin
malam yang menusuk kulit, tajamnya dingin malam menembus kulit sampai menusuk
tulang sumsum membuat tubuh ujang menggigil menahan dingin angin malam.
“jang..emang
bingung ini jalan seperti walungan kering
gini yah?
“kayanya
pemerintah tidak melihat jalan yang sudah sakieu
ruksana”
“ah
kata sayahmah jang ,pemerentah itu melihat cuman suka pura – pura buta..”
“katanya
teh jalan mau di perbaiki bulan sekarang ceunah?”
“lah
maenya....meureun lamun enyamah tosa aya ngabanding keusik jeung batu di
pinggir jalan”
“enya
aning sakitunamah”
Tanpa
terasa ujang sudah sampai di kampung mungil,kampung kecil yang dama
”asalamualaikum”sapa
ujang setelah sampai di depan pintu
“waalaikumusalam”sahut
perempuan tua dari dalam rumah mungil
Ujang mulai lesu, segala yang
menyenangkan kehidupan orang lain dan dirinya tuntas sudah hari ini. seperti
seorang pemenang pada malam hari kemenangannya. ujang perlu meresakan lelahnya
– sebab orang bisa kaya karena lelahnya dan kembali menjadi orang biasa.
Kampung
kecil ini suatu pemandangan yang tidak berubah-ubah, kampung kecil ini yang
membuatnya damai. taman di depan rumahnya, mesjid yang selalu terbuka,keramahan
orang – orang kampung, gadis – gadis kampung yang manis, kain meja yang putih
mengubur kelemahan aktifitasnya.
Sesudah istirahat sekitar tiga puluh
menit,ujang beranjak dari kursi,ia pergi keluar rumah,melihat malamnya kampung;
hanya suatu genggaman cahaya, kemudaian bintang – bintang,kemudian menghilang,
bintang mengawang.
Suara
yang indah, suara yang syahdu ketika meninabobokanku di waktu kecil terdengar
di telinga memanggil ujang
“jang
..ujaaang sini sebentar”
Segera
ujang masuk ker umah mendengar suara merdu itu
“aku
sudah mulai tua...,aku ingin menyampaikan apa yang di sampaikan Tuhan pada
umatnya, dan umatnya menyampaikannya pada ibu dan ibu menyampaikannya pada
anaknya.
Jang..,
dengarlah, Allah itu ar-rahman dan
ar-rahiim.
Ar-rahman
dan ar-rahiim keduannya mempunya root nama yang sama yaitu asalnnya rahmat,
rahmatnya yaitu untuk ciptaannya termasuk yang kafir ataupun islam, ciptaannya
dan segala yang di ciptakannya.
Ar-rahiim
pula ialah rahmat yang khas untuk mereka yang mempercayai Allah dan yang paling
banyak sekali rahmat untuk mukmin di akhirat kelak.
Semoga
kita termasuk golongan yang Allah curahkan Rahmat,Amiin..”
“jang..”suara
wanita itu memanggilnya lagi
“ya..mah...!”ujang
terkejut karena suara itu membangunkan aku dari lamunanku sejenak
“jang..Allah
itu lebih sayang dari seorang ibu yang menyayangi anaknya”
Ujang
heran dalam usiannya yang menginjak duapulu tiga tahun ini bahwa ia berfikir
akan hal – hal yang tidak pernah menjadi soal baginya.
Pendidikan
dalam keluarga dan keharmonisannya, yang aku rasakan malam itu seakan
menyerahkan diri untuk keabadian.
Tanpa
terasa sudah puku sepuluh malam lebih, maka berakhirlah aktifitas seharian itu.
“jang..?!”
“ya...pak”
“katanya
mau berangkat kuliah ko malah ngalamun?”
“rutinitas
pagi pak....hehehehe,ujang berangkatnya?”
“ya
sudah hati – hati di jalan nak..”
Ya
pak ujang pamit nya “
“muhun...”
“maah
ujang mangkatnya...asalamualaikum,,”
“walaikumusalam
..”sahut kedua orang tuannya
*
Suara
ojek yang membonceng ujang semaki lama semakin kecil,karena semakin jauh.
Pagi
yang sangat cerah ,dalam perjalanannya, jalan kembali berliku seperti ular yang
berjalan, bus pagi ini terasa padat oleh penumpang apalagi anak – anak
sekolah,sampailah akau di darma di sana salah satu tempat pariwisata yang
jaraknya empat belas kilo meter dari cikijing dan delapan kilo meter dari kota
kuda.
Tiga
puluh menit dari darma dan turun di terminal kadugede aku naik angkot menuju
kampus tempat aku menuntun ilmu.
Sampailah
aku di tempat menuntun ilmu.
“hai..!pagi
jang...!!!” sahut temannya roni
“loe....
ron,kirain siape...”
“pagi
yang cerah untuk jiwa yang cerah...hahahaha”
“jiwannya
iya, tapi kehebatan alam lagi bersembunyi saja di mana – mana, seperti ulat
yang bersembunyi dalam mangga,pagi ini mungkin akan bagus mungkin juga jelek”
“woiii...!ujang...!roni..!”dari
jaum memed memanggil
“kantin
yuk ...gua pada teraktir dah kalian semua..!”
“Mau
kagak?..”
“ya
iya lah kite pade mau ape lagi kalo gratis..”sahut roni
Kebetulan
saat itu kampus lagi bebas tapi aktifitas mahasiswanya tetap ramai.
Saat kami bertiga berjalan menuju
kantin mataku dengan serentak mengirimkan berita pada hati tentang apa yang di
lihatnya tadi.
Ia
termenung, ya, ia termenung di sana ia menemukan sesuatu yang ajaib dekat
tangga menuju keruang atas di ampusnnya, ia duduk manis,dengan lesung pipi yang
agak bulat an kerudung melengkapi ke cantikannya.apa yang ia rasakan tidak
dapat ia lihat, tapi ada rasa yang menekan, seperti ada perasaan seseorang yang
menyangka dirinya sendiri tapi tidak sendiri.tiba – tiba ujang merasa takut,
tetapi terlambat dan tidak ia tahu entah bagai mana, dari mana atangnya
kekuatan itu?.
Apa
yang mengatakan kepadanya, bahwa ketakutan itu membersit dari batu merah yang
penuh lumut, menguap hari hati itu?
Sebab
tidak ada yang terlihat datang padanya, tidak ada badai dasyat yang
mengancam.dunia yang dulu itu kembali menariknya, tetapi sedikit berbeda dari
yang dulu.semua yang ujang lihat semua menjadi berubah warna, entah warna apa
itu, tiba – tiba seperti mulai hidup laksana jari – jari yang memetik dawai –
dawai kecapi.
“inikah
cinta yang memanggilku kembali kedunianya ?.... cinta itu datang lagi dari
betina itu.”hati ujang berkata.
“woii..malah
melamun katanya mau ke kantin, jadi ga
?”
“i...ii...iya”
denagn nada terpata – pata karena ia kaget.
Roni
dan memed menarik tangan roni dengan sedikit guyonan dan bercanda menuju kantin
belakang kampus.
bersambung.......
No comments:
Post a Comment