BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Daun merupakan salah satu organ
tumbuhan
yang sangat penting dan pada umumnya tiap tumbuhan mempunyai sejumlah besar daun.
Alat ini hanya tumbuh dari batang
saja dan tidak pernah terdapat pada bagian lain pada tubuh tumbuhan. Bagian
batang tempat duduknya atau melekatnya daun dinamakan buku-buku (nodus) batang
dan tempat diatas daun yang merupakan sudut antara batang dan daun dinamakan
ketiak daun (axilla), umumnya berwarna hijau (mengandung klorofil) dan terutama
berfungsi sebagai penangkap energi
dari cahaya matahari
untuk fotosintesis. Sebenarnya daun juga
memiliki pigmen lain, misalnya karoten (berwarna
jingga), xantofil (berwarna
kuning), dan antosianin (berwarna merah,
biru, atau ungu, tergantung derajat
keasaman). Daun tua kehilangan klorofil sehingga warnanya
berubah menjadi kuning atau merah (dapat dilihat dengan jelas pada daun yang
gugur). Daun merupakan organ terpenting bagi tumbuhan dalam melangsungkan
hidupnya karena tumbuhan adalah organisme autotrof
obligat, ia harus memasok kebutuhan energinya sendiri melalui konversi energi
cahaya menjadi energi kimia.
B. Rumusan Masalah
1.
Apakah yang dimaksud dengan daun?
2.
Apakah fungsi daun pada tumbuhan?
3.
Apakah perbedaan daun tunggal dan daun
majemuk?
4.
Bagaimanakah bentuk daun berdasarkan
tepi daun?
5.
Bagaimanakah daun berdasarkan tulang
daun?
6.
Apakah daun dapat bermodifikasi?
C. Manfaat
Dan Tujuan
1.
Agar kita dapat mengetahui dan memahami
morfologi daun.
2.
Agar kita dapat mengetahui fungsi daun
pada tumbuhan.
3.
Agar kita dapat membedakan antara daun
tunggal dan daun majemuk.
4.
Untuk lebih mengetaui bentuk daun
berdasarkan tepi daun dan tulang daun.
5.
Untuk lebih mengetahui perkembangan daun
dan bentuk-bentuk modifikasi daun.
BAB II
PEMBAHASAN
MORFOLOGI DAUN
A. Pengertian
Daun
Dalam bidang botani,
daun ialah sebuah organ tumbuhan yang
bertumbuh di atas tanah dan yang mengkhusus dalam fotosintesis.
Untuk tujuan ini, daun biasanya berbentuk lever untuk menghasilkan permukaan
yang luas supaya sel-selnya yang mengandungi kloroplas
bukan saja dapat didedahkan kepada cahaya, tetapi juga untuk membenarkan cahaya melintasi sepenuh
tisu-tisunya. Dalam kebanyakan, daun-daun juga merupakan bagian tumbuhan untuk respirasi, transpirasi, dan gutasi. Daun merupakan salah satu organ
tumbuhan yang tumbuh dari batang, umumnya berwarna hijau dan terutama berfungsi
sebagai penangkap energi dari cahaya matahari melalui fotosintesis. Daun
merupakan organ terpenting bagi tumbuhan dalam melangsungkan hidupnya karena
tumbuhan adalah organisme autotrof obligat, ia harus memasok kebutuhan
energinya sendiri melalui konversi energi cahaya menjadi energi kimia. Bentuk
daun sangat beragam, namun biasanya berupa helaian, bisa tipis atau tebal.
Gambaran dua dimensi daun digunakan sebagai pembeda bagi bentuk-bentuk daun.
Bentuk dasar daun membulat, dengan variasi cuping menjari atau menjadi elips
dan memanjang. Bentuk ekstremnya bisa meruncing panjang. Daun juga bisa
bermodifikasi menjadi duri
(misalnya pada kaktus),
dan berakibat daun kehilangan fungsinya sebagai organ fotosintetik.
Daun tumbuhan sukulen atau xerofit juga
dapat mengalami peralihan fungsi menjadi organ penyimpan air. Warna hijau pada
daun berasal dari kandungan klorofil pada daun. Klorofil adalah senyawa pigmen yang
berperan dalam menyeleksi panjang gelombang cahaya yang energinya diambil dalam
fotosintesis. Sebenarnya daun juga memiliki pigmen lain, misalnya karoten (berwarna
jingga), xantofil (berwarna kuning), dan antosianin
(berwarna merah, biru, atau ungu, tergantung derajat
keasaman). Daun tua kehilangan klorofil sehingga warnanya berubah menjadi
kuning atau merah (dapat dilihat dengan jelas pada daun yang gugur).
Morfologi
daun dapat dipengaruhi oleh lingkungan, yaitu; dipengaruhi oleh: Suhu, unsur
hara dalam tanah, kelembapan, keadaan tanah. Contohnya:
·
Daun yang berlubang-lubang atau bolong,
disebabkan oleh ulat yang memakan daun tersebut.
·
Daun yang kecil-kecil dan berkerut, disebabkan
oleh struktur tanah yang kering dan kurangnya unsure hara dalam tanah.
·
Daun yang warnanya kuning, disebabkan oleh suhu
yang tinggi atau panas dan tanah yang kering.
·
Daun yang lebar dan hijau, disebabkan oleh
keadaan tanah yang lembab dan tersedianya suplai air yang cukup.
Daun
yang mempunyai bagian pelepah atau upih daun (Vagina), tangkai daun (petiolus)
dan helaian daun (lamina), ujung daun, tepi daun, tulang rusuk daun, tulang
daun, tangkai daun, penumpu, dan tunas.
Gambar 1. Bagian-bagian
Daun
B. Fungsi
Daun
Daun
mempunyai fungsi:
a) Tempat
Pembuatan Makanan (Fotosintesis)
Daun berguna sebagai dapur tumbuhan.
Di dalam daun terjadi proses pembuatan makanan (pemasakan
makanan). Makanan ini digunakan tumbuhan untuk kelangsungan proses hidupnya dan
jika lebih disimpan. Tempat
terjadinya fotosintesis pada tumbuhan dikotil, terjadinya fotosintesis di
jaringan parenkim palisade, sedangkan pada tumbuhan monokotil, fotosintesis
terjadi pada jaringan spons.
b) Sebagai
organ pernapasan (Respirasi).
Di permukaan daun terdapat mulut daun (stomata). Melalui
stomata inilah, pertukaran gas terjadi. Daun mengambil karbondioksida dari
udara dan melepas oksigen ke udara. Proses inilah yang menyebabkan kamu merasa
nyaman saat berada di bawah pohon pada siang hari.
c)
Tempat terjadinya transpirasi.
Tidak
semua air yang diserap akar dipakai oleh tumbuhan. Kelebihan air ini jika tidak
dibuang dapat menyebabkan tumbuhan menjadi busuk dan mati.
d)
Tempat terjadinya gutasi.
Sebagian
air yang tidak digunakan dibuang melalui mulut daun, dalam bentuk uap air. Pada
malam hari, kelebihan air dikeluarkan melalui sel-sel pucuk daun. Proses ini
disebut gutasi.
e)
Alat perkembangbiakkan vegetatif.
Bagi
manusia, daun dapat digunakan sebagai bahan makanan, contohnya daun pepaya dan
singkong; obat-obatan, contohnya daun jeruk dan jambu biji; rempah-rempah,
contohnya daun salam jeruk.
C.
Daun Berdasarkan Jumlah Anak Daun Dalam
Satu Tangkai
1.
Daun Tunggal
Gambar
2. daun tunggal (pada daun dewa)
Daun tunggal adalah daun yang memiliki satu helai daun di
setiap tangkainya. Bagian dari batang yang menjadi tempat
duduknya daun disebut nodus, dan sudut atas antara daun dan batang disebut
ketiak daun. Daun tunggal dapat mempunyai bagian-bagian daun yang berbeda
antara golongan tumbuhan satu dengan yang lain. Daun yang mempunyai bagian
pelepah atau upih daun (Vagina), tangkai daun (petiolus) dan helaian daun
(lamina) disebut daun lengkap contohnya: pohon pisang, pohon pinang dan bambu.
Sedangkan daun yang tidak lengkap adalah daun yang hanya mempunyai sebagian
dari daun lengkap.
Yang termasuk
Daun yang tidak lengkap:
·
Daun bertangkai, adalah daun yang hanya
mempunyai tangkai dan helaian daun.
·
Daun duduk, adalah daun yang hanya
terdiri dari helaian daun saja.
·
Daun berupih, adalah daun yang hanya
mempunyai upih daun dan helaian daun. contohnya : daun rumput-rumputan
·
Daun yang terdiri dari tangkai saja,
biasanya daun yang seperti ini melebar menyerupai helaian daun dan disebut
phyllodia. contohnya: daun Oxalis bupleurifolis.
2. Daun
Majemuk
Daun majemuk adalah daun yang memiliki beberapa helai daun di setiap
tangkainya. yaitu jika pada tumbuhan tersebut, tangkainya
terlihat bercabang cabang, dan baru pada cabang tangkai ini terdapat helaian
daunnya.
Suatu daun
majemuk dapat dipandang berasal dari suatu daun tunggal, yang torehnya
sedemikian dalamnya, sehingga bagian daun diantara toreh-toreh itu terpisah
satu sama lain, dan masing-masing merupakan suatu helaian kecil yang
tersendiri.
ü Bagian-bagian
daun majemuk dapat dibedakan sebagai berikut :
·
Ibu tangkai daun (potiolus communis),
yaitu bagian daun majemuk yang menjadi tempat duduknya helaian-helaian daun,
yang masing-masing disebut anak daun (foliolum). Ibu tangkai daun ini dapat
dipandang sebagai penjelmaan tangkai daun tunggal, ditambah dengan ibu
tulangnya, oleh sebab itu kuncup ketiak pada tumbuhan yang mempunyai daun
majemuk, letaknya juga diatas pangkal ibu tangkai pada batang.
·
Tangkai anak daun (petiololus), yaitu
cabang-cabang ibu tangkai yang mendukung anak daun. Bagian ini dapat dianggap
sebagai penjelmaan pangkal suatu tulang cabang pada daun tunggal. Oleh sebab
itu, di dalam ketiaknya tidak pernah diketemukan sebuah kuncup.
·
Anak daun (foliolum). Bagian ini
sesungguhnya adalah bagian helaian daun yang karena dalam dan besarnya toreh,
menjadi terpisah-pisah. Anak daun pada suatu daun majemuk lazimnya mempunyai
tangkai yang pendek atau hampir duduk pada ibu tangkai, misalnya pada daun
selderi (Apium graveolens L.). Adakalanya anak daun mempunyai tangkai
yang cukup panjang dan jelas kelihatan, misalnya pada daun mangkokan (Nothoponax
scutellarium Merr).
·
Karena daun majemauk dapat dipandang
berasal dari daun tunggal, pada daun majemuk dapat pula kita temukan
bagian-bagian lain, seperti pada daun tunggal, misalnya : Upih Daun (vagina),
yaitu bagian dibawah ibu tangkai yang lebar dan biasanya memeluk batang,
seperti dapat kita lihat pada daun pinang (Area catechu L).
·
Sama halnya dengan daun tunggal, pada
pangkal ibu tangkai daun mejemuk atau di dekat pangkal ibu tangkai itu, dapat
pula ditemukan sepasang daun penumpu, seperti misalnya pada daun mawar (Rosa
sp.), yang berupa dua daun kecil melekat pada daun kiri pangkal ibu tangkai
daun , dan pada daun kacang kapri (pisum sativum L.), yang disini
merupakan sepasang daun yang lebar dan ikut serta menunaikan tugas daun sebagai
alat untuk berasimilasi.
·
pada
daun majemuk, semua anak daun terjadi bersama-sama dan biasanya gugur juga
bersama-sama pula, sedangkan cabang dengan daun-daun tunggal mempunyai daun
yang tak sama umur maupun besarnya, dan tentu saja daun-daun tadi, tidak runtuh
bersama-sama pula.
·
seperti halnya pada daun tunggal,
pertumbuhan daun majemuk, juga terbatas, artinya tidak bertambah panjang lagi
dan ujungnya tidak mempunyai kuncup. Suatu cabang, biasanya selalu bertambah
panjang dan mempunyai sebuah kuncup diujungnya.
·
pada daun majemuk tidak terdapat kuncup
dalam ketiak anak daun, sedang pada suatu cabang, biasanya dalam ketiak daunnya
terdapat satu atau mungkin lebih dari satu kuncup.
Meskipun
demikian, selalu ada hal-hal yang jika kurang saksama pemeriksaannya, dapat
menyesatkan, seperti misalnya pada pohon cerme (Phyllanthus acidus Skeels)
dan belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.). Kedua pohon ini mempunyai
daun majemuk, tetapi daun majemuk ini sampai agak lama, masih memperlihatkan
pertumbuhan memanjang, sehingga anak daunnya mempunyai umur yang berbeda.
Sering terlihat anak daun pada pangkal ibu tangkai sudah runtuh, sedang
pada ujungnya masih ada anak daun yang kelihatan segar (masih hijau).
Pada
tumbuhan meniran (Phyllanthus niruri L.) dan kartu (Sauropus
androgynus Merr.) terdapat cabang-cabang dengan daun tunggal yang
berseling, yang tumbuh mendatar dari batang pokok, dan terbatas pertumbuhannya
atau (tidak bertambah panjang lagi). Cabang-cabang berdaun ini sering dianggap
sebagai daun majemuk, tetapi ternyata salah karena dari ketiak-ketiaknya, pada
waktu-waktu tertentu, akan tampak keluar bunga yang kemudian jadi buah pula. Jika itu daun majemuk, tidak mungkin akan ditemukan bunga
atau buah.
ü Menurut susunan anak daun pada ibu tangkainya,
daun majemuk dapat di bedakan menjadi:
1.
Daun Majemuk Menyirip (pinnatus)
Daun
majemuk menyirip ialah daun majemuk yang anak daunnya terdapat dikanan kiri ibu
tangkai daun. Jadi tersusun seperti sirip pada ikan. Daun majemuk menyirip
dapat dibedakan lagi menjadi beberapa macam :
·
Daun majemuk menyirip beranak daun satu
(unifoliolatus). Tanpa penyelidikan yang teliti, daun ini tentu akan
disebut sebagai daun tunggal, tetapi di sini tangkai daun memperlihatkan suatu
persendian (articulatio), jadi helaian daun tidak langsung terdapat pada ibu
tangkai.
Sesungguhnya pada daun ini, juga terdapat lebih dari satu helaian daun, hanya saja yang lain-lainnya telah tereduksi, sehingga tinggal satu anak daun saja. Daun yang demikian ini biasanya kita dapati pada berbagai jenis pohon jeruk, seperti jeruk besar (citrus maximo Merr.) jeruk nipis (citrus aorantifolia Sw.), dan lain-lain.
Sesungguhnya pada daun ini, juga terdapat lebih dari satu helaian daun, hanya saja yang lain-lainnya telah tereduksi, sehingga tinggal satu anak daun saja. Daun yang demikian ini biasanya kita dapati pada berbagai jenis pohon jeruk, seperti jeruk besar (citrus maximo Merr.) jeruk nipis (citrus aorantifolia Sw.), dan lain-lain.
Gambar
3. daun jeruk nipis (Daun majemuk menyirip beranak daun satu)
·
Daun
majemuk menyirip genap (abrupte pinnatus). Biasanya disini terdapat sejumlah
anak daun yang berpasang-pasangan dikanan kiri ibu tulang, oleh sebab itu
jumlah anak daunnya biasanya lalu menjadi genap. Akan tetapi, mengingat pada
suatu daun majemuk menyirip, anak-anak daun tidak selalu berpasang-pasangan,
maka untuk menentukan apakah suatu daun majemuk menyirip genap atau tidak,
orang tidak lagi menghitung jumlah anak daun, tetapi
melihat kepada ujung ibu tangkainya. Jika ujung ibu
tangkai terputus, artinya pada ujung ibu tangkai tidak terdapat suatu anak
daun, sehingga ujung ibu tangkai bebas. Atau kadang-kadang
tertutup oleh suatu pucuk kecil yang mudah runtuh, maka hal itu berarti bahwa
daun yang menyirip genap.
Dengan keterangan ini jelaslah, bahwa satu daun majemuk menyirip genap mungkin mempunyai jumlah anak daun yang gasal. Daun majemu menyirip genap antara lain terdapat pada pohon asam (tamarindus indica L.) yang anak daunnya berpasang-pasangan, jadi jumlah anak daun benar-benar genap.
Daun majemuk menyirip genap, tetapi jumlah anak daunnya gasal dapat kita jumpai misalnya pada pohon leci (litcichinensis sonn.) dan kepulasan (Nepphelium mutabile B.)
Dengan keterangan ini jelaslah, bahwa satu daun majemuk menyirip genap mungkin mempunyai jumlah anak daun yang gasal. Daun majemu menyirip genap antara lain terdapat pada pohon asam (tamarindus indica L.) yang anak daunnya berpasang-pasangan, jadi jumlah anak daun benar-benar genap.
Daun majemuk menyirip genap, tetapi jumlah anak daunnya gasal dapat kita jumpai misalnya pada pohon leci (litcichinensis sonn.) dan kepulasan (Nepphelium mutabile B.)
Gambar
4. Daun leci (Daun majemuk
menyirip genap)
·
Daun majemuk menyirip gasal
(imparipinnatus), disini yang menjadi pedoman ialah ada atau tidaknya satu anak
daun yang menutup ujung ibu tangkainya. Ditinjau dari jumlah anak daunnya akan
kita dapati bilangan yang benar-benar gasal, jika anak daun berpasangan, sedang
diujung ibu tangkai, terdapat anak daun yang tersendiri (biasanya anak daun ini
lebih besar daripada yang lainnya ), seperti dapat dilihat pada daun pacar Cina
(Aglaia odorata Lour) dan mawar (Rosa sp.).
Gambar
5. Daun mawar (Daun majemuk menyirip gasal)
Sebagai
kebalikan daun majemuk menyirip genap yang dapat mempunyai jumlah anak daun
yang gasal. Daun majemuk menyirip gasal dapat pula mempunyai jumlah anak daun
yang genap. Seperti sering kita temukan pada pohon pacar Cina tersebut diatas.
Selain
dari itu, daun majemuk menyirip dapat pula dibedakan menurut duduknya anak-anak
daun pada ibu tangkai, dan juga menurut besar kecilnya anak-anak daun yang
terdapat pada satu ibu tangkai.
·
Daun Majemuk menyirip dengan anak daun
yang berpasang-pasangan, yaitu jika duduknya anak daun pada ibu tangkai
berhadap-hadapan.
·
Menyirip berseling, jika anak daun pada
ibu tangkai duduknya berseling.
·
Menyirip berselang seling (interrupte
pinnatus), yaitu jika anak-anak daun pada ibu tangkai berselang-seling
pasangan anak daun yang lebar dengan pasangan anak daun yang sempit, misalnya
pada anak daun tomat (solanum lycopersicum L.)
2. Daun
majemuk menjari (palmatus atau digitatus)
Daun majemuk menjari
ialah daun majemuk yang semua anak daunnya tersusun memencar pada ujung ibu
tangkai seperti letaknya jari-jari pada tangan. Mengenai daun majemuk menjari
ini tidak ada hal-hal yang begitu rumit seperti pada daun majemuk yang
menyirip.
Berdasarkan
jumlah anak daunnya, daun majemuk menjari dapat dibedakan seperti berikut :
·
Beranak daun dua (bifoliolatus), pada
ujung ibu tangkai terdapat dua anak daun, misalnya daun nam-nam (cynometra
caulifora L.)
Gambar 6. Daun nam-nam (Beranak daun dua)
·
Beranak daun tiga (trifoliolatus), pada
ujung ibu tangkai terdapat tiga anak daun, misalnya pada pohon para (heveabrasiliensis
Mueli) Catatan daun majemuk yang beranak daun tiga, dapat pula kita jumpai
pada daun majemuk yang menyirip, misalnya pada kacang panjang (Vigna
sinensis Endl). Untuk membedakan apakah majemuknya menyirip atau menjari,
harus diteliti benar mengenai titik pertemuan ketiga tangkai anak daunnya. Jika
semua bertemu pada satu titik (ujung ibu tangkai), berarti menjari, jika tidak,
menyirip. Beranak daun lima (quinquefoliolatus), pada ujung ibu tangkai
terdapat lima anak daun, misalnya daun maman (Gynandropsis pentandra Gaertn).
Gambar 7. Daun kacang panjang (Beranak daun tiga)
·
Jika daun majemuk menjari mempunyai
tujuh anak daun atau lebih, maka dapat dikatakan saja beranak daun banyak
(Polyfoliolatus), tidak usah lagi dihitung jumlah anak daun yang tepat, seperti
misalnya pada daun randu (Ceiba pentandra Gaerthn).
Gambar 8. Daun randu (daun majemuk menjari mempunyai
tujuh anak daun atau lebih)
Seperti halnya dengan
daun majemuk menyirip, yang menyiripnya dapat bersifat ganda, maka pada daun
majemuk menjari, juga dapat bersifat ganda, misalnya: pada daun majemuk menjari
beranak daun tiga ganda dua (biternatus). Contoh : Aegopodium dan Aquilegia
vulgaris.
3. Daun
majemuk bangun kaki (Pedatus)
Daun ini mempunyai
susunan seperti daun majemuk menjari, tetapi dua anak daun yang paling pinggir
tidak duduk pada ibu tangkai, melainkan pada tangkai anak daun yang
disampingnya, seperti terdapat pada Arisaema filiforme (Araceae).
Gambar 9. Daun Arisaema
filiforme (Araceae)
4.
Daun Majemuk Campuran (digitato pinnatus)
Daun
majemuk campuran adalah suatu daun majemuk ganda yang mempunyai cabang –
cabang. Pada ibu tangkai, terdapat anak-anak daun yang tersusun menyirip.
Contoh daun majemuk campuran adalah daun sikejut (Mimosa pudica L.)
Gambar
10. Daun sikejut (Daun Majemuk Campuran)
Tetapi,
jika diteliti benar, ternyata daun sikejut bukanlah merupakan daun majemuk
campuran sejati, tetapi adalah daun majemuk menyirip genap atau ganda dua yang
sempurna. Hanya saja pada daun ini, letak kedua pasang cabang ibu tangkainya,
sedemikian dekat satu sama lain, hingga seakan–akan terdapat empat cabang
tangkai pada ujung ibu tangkai daunnya.
D. Daun
Berdasarkan Tulang Daun
Tulang-tulang daun adalah bagian daun yang berguna
untuk memeberikan kekuatan pada daun, seperti pula halnya dengan tulang-tulang
hewan dan manusia, oleh sebab itu seluruh tulang-tulang pada daun dinamakan
pula rangka daun (sceleton). Disamping sebagai penguat, tulang-tulang daun itu sesungguhnya
adalah berkas-berkas pembuluh yang berfungsi sebagai jalan untuk pengangkut
zat-zat, yaitu:
·
Jalan pengangkut zat-zat yang diambil
tumbuhan dari tanah, ialah air beserta garam-garam yang terlarut didalamnya.
·
Jalan pengangkut hasil-hasil asimilasi
dari tempat pembuatannya, yaitu dari daun ke bagian-bagian lain yang memerlukan
zat-zat itu.
ü Berdasarkan susunan tulang daunnya, daun dibedakan
menjadi:
1.
Tulang Daun Menyirip
Tulang daun jenis
ini memiliki susunan seperti sirip-sirip ikan, tersusun rapi mulai dari tangkai
daun hingga ujung dari helai daun. Contoh tumbuhan yang memiliki jenis tulang
seperti ini adalah tulang daun jambu, mangga, dan rambutan.
Gambar 11. Daun mangga
2.
Tulang Daun Melengkung
Tulang daun melengkung
berbentuk seperti garis-garis melengkung. Tulang daun jenis ini dapat kita
temukan pada berbagai tumbuhan di lingkungan sekitar kita. Misalnya, tulang
daun sirih, gadung, dan genjer.
Gambar 12. Daun sirih
3.
Tulang Daun Menjari
Tanaman
ini mempunyai satu tulang daun yang besar dan bentuknya seperti jari-jari
tangan manusia. Misalnya, tulang daun pepaya, jarak, daun singkong, dan kapas.
Gambar 13. Daun pepaya
4. Tulang
Daun Sejajar
Tulang daun sejajar berbentuk seperti garis-garis
sejajar, mulai dari pangkal daun hingga ujung daun. Tiap-tiap ujung tulang daun
menyatu. Biasanya bentuk daunnya panjang-panjang. Misalnya, tulang daun tebu, padi, jagung, alang-alang dan
semua jenis rumput-rumputan.
Gambar
14. Daun alang-alang
.
ü Tulang-tulang
daun menurut besar kecilnya dibedakan dalam tiga macam, yaitu:
·
Ibu tulang (costa), ialah tulang yang biasanya
terbesar, merupakan terusan tangkai daun, dan terdapat ditengah-tengah membujur
dan membelah daun. Oleh tulang ini helaian daun umumnya dibagi memjadi dua
bagian yang setangkup atau simetris.
·
Tulang-tulang
cabang (nervus lateralis), yakni tulang-tulang yang lebih kecil dari pada ibu
tulang dan berpangkal pada ibu tulang tadi atau cabang-cabang tulang-tulang
ini. Tulang cabang yang langsung berasal dari ibu tulangdinamakan tulang cabang
tingkat 1, cabang tulang cabang tingkat satu dinamakan tulang cabang tingkat 2,
demikian seterusnya.
·
Urat daun (vena), sesungguhnya adalah tulang-tulang
cabang pula, tetapi yang kecil atau lembut dan satu sama lain besrta
tulang-tulang yang lebih besar membentuk susuna seperti jala, kisi, atau
lainnya.
Gambar 15.
Tulang-tulang daun berdasarkan besar kecilnya
Dalam daun, tulang-tulang cabang
tingkat 1 yang tumbuh kesamping, jadi kearah tepi daun, dapat memperlihankan
sifat-sifat berikut:
a.
Tulang cabang tadi dapat mencapai tepi daun
b.
Tulang cabang tadi berhenti sebelum mencapai tepi daun
c.
Tulang-tulang cabang tadi dekat tepi daun lalu membengkok ke atas, dan bertemu dengan tulang
cabang yang ada di atasnya, demikian berturut-turut, sehingga sepanjang tepi
daun terdapat tulang yang letaknya kurang lebih sejajar dengan tepi daun atau
kadang-kadang tampak berombak, yang dinamakan tulang pinggir. Dengan adanya
tulang ini tepi daun menjadi lebih kuat dan tidak mudah koyak-koyak, seperti
dapat kita lihat pada daun (Spondias
dulcis Forst), pisang (Musa paradisiaca L).
E. Bentuk
Daun Berdasarkan Tepi Daun
Dalam
garis besarnya tepi daun dapat di bedakan dalam 2 macam:
1. Rata
(Integer), misalnya daun nangka (Artocarpus integra Merr)
Gambar 16. Daun nangka
2. Bertoreh
(Divisus)
Toreh-toreh pada tepi
daun sangat beraneka ragam sifatnya, ada yang dangkal ada yang dalam, besar,
kecil, dan lain-lain. Biasanya toreh-toreh pada tepi daun di bedakan dalam 2
golongan:
a. Tepi
Daun Dengan Toreh Yang Merdeka
Toreh-toreh yang tidak
mempengaruhi atau mengubah bangun asli daun. Tore-toreh ini biasanya tak
seberapa dalam, letaknya toreh tidak bergantung pada jalannya tulang-tulang
daun, oleh sebab itu sering disebut toreh merdeka. Dalam hubungannya dengan
jenis toreh-toreh ini dipergunakan istilah “sinus” untuk torehnya sendiri dan
“angulus” untuk bagian tepi daun yang menonjol keluar. Tepi daun dengan toreh
yang merdeka banyak pula ragamnya. Toreh-toreh tadi sering kali amat dangkal
dan kurang jelas, sehingga sukar untuk dikenali. Yang sering kita jumpai ialah
tepi daun yang dinamakan:
·
Bergerigi (serratus), yaitu jika sinus
dan angulus sama lancipnya, misalnya daun lantana. Selanjutnya untuk melengkapi
keterangan mengenai sifat toreh-toreh ini, dapat pula di tambahkan kata-kata
yang bertalian dengan besar kecilnya sinus dan angulusnya, misalnya: bergerigi
halus dan bergerigi kasar.
Gambar 17. Daun
bergerigi
·
Bergerigi ganda atau rangkap
(biserratus), yaitu tepi daun seperti diatas, tetapi angulusnya cukup besar,
dan tepinya bergerigi lagi.
·
Bergigi (dentatus), jika sinus tumpul
sedangkan angulusnya lancip, misalnya daun beluntas.
Gambar 18. Daun
beluntas
·
Beringgit (crenatus), kebalikannya
bergigi, jadi sinusnya tajam dan angulusnya yang tumpul, misalnya daun cocor
bebek.
Ganbar 19. Daun cocor
bebek
·
Berombak (repandus), jika sinus dan
angulusnya sama-sama tumpul, misalnya daun air mata pengantin.
Gambar 20. Daun air
mata pengantin
b. Tepi
Daun Dengan Toreh-Toreh Yang Mempengaruhi Bentuknya
Seperti yang telah
dikemukakan, jika toreh-toreh daun besar dan dalam bangun daun akan terpengaruh
olehnya, sehingga bangun asli tidak lagi tampak. Toreh-toreh yang besar dan
dalam itu biasanya terdapat diantara tulang-tulang yang besar atau diantara
tulang-tulang cabang. Jika daun amat besar atau lebar, misalnya daun pepaya,
bagian daun diantara toreh-toreh yang besar dan dalam itu dapat bertoreh-toreh
lagi, sehingga makin tidak nampak bangun asli bangunnya.
Berdasarkan dalamnya
toreh-toreh itu, tepi daun dapat dibedakan dalam yang:
·
Berlekuk (lobatus), yaitu jika dalamnya
toreh kurang daripada setengah panjangnya tulang-tulang yang terdapat di kanan
kirinya.
·
Bercangap (fissus), jika dalamnya toreh
kurang lebih sampai tengah-tengah panjang tulang-tulang daun dikanan kirinya.
·
Berbagi (partitus), jika dalamnya toreh
melebihi setengah panjangnya tulang-tulang daun dikanan kirinya.
Karena
seperti telah dikemukakkan letak toreh-toreh bergantung pada susunan
tulang-tulang daun, maka sebutan untuk mencandra tepi daun yang bertoreh dalam
dan besar ini, selalu merupakan kombinasi antara sifat torehnya dengan susunan
tulang daun yang bersangkutan, hingga dengan demikian dapat dibedakan daun-daun
dengan tepi seperti berikut:
·
Berlekuk menyirip (pinnatilobus), jika
tepi berlekuk mengikuti susunan tulang daun yang menyirip misalnya daun terong.
Gambar 21. Daun teronng
·
Bercangap menyirip (pinnatifidus), tepi
bercangap, sedangkan daunnya mempunyai susunan tulang menyirip, misalnya daun
keluwih.
·
Berbagi menyirip (pinnatipartitus),tepi
berbagi dengan susunan tulang yang menyirip, misalnya daun sukun.
Gambar 22. Daun sukun
·
Berlekuk menjari (palmatilobus), tepi
berlekuk, susunan tulang menjari, misalnya daun jarak pagar dan kapas.
Gambar 23. Daun kapas
·
Bercangap menjari (palmatifidus), jika
tepinya bercangap, sedangkan susunan tulangnya menjari, misalnya daun jarak.
Gambar 24. Daun jarak
·
Berbagi menjari (palmatipartitus), yaitu
jika tepi berbagi, sedangkan daunnya mempunyai susunan tulang yang menjari,
misalnya daun ketela pohon.
Gambar 25. Daun ketela
pohon
F. Daging
Daun (Intervenium)
Yang
dinamakan daging daun ialah: bagian daun yang terdapat diantara tulang-tulang
daun dan urat-urat daun. Bagian inilah yang merupakan dapur tumbuhan yang
sesungguhnya. Di bagian ini zat-zat yang diambil dari luar diubah dijadikan
zat-zat yang sesuai dengan keperluan kehidupan tumbuh-tumbuhan tadi.
Tebal
atau tipisnya helaian daun, pada hakekatnya juga bergantung pada tebal tipisnya
daging daun. Bertalian dengan sifat ini dibedakan daun yang:
a.
Tipis seperti selaput (membranaceus),
misalnya daun paku selaput
b.
Seperti kertas (Papyraceus), tipis
tetapi cukup tegar misalnya daun pisasng
c.
Tipis lunak (herbaceus), misalnya daun
selada air
d.
Seperti perkamen (perkamenteus), tipis
tetapi cukup kaku misalnya daun kelapa
e.
Seperti kulit/belulang (coriaceus),
yaitu jika helaian daun tebal daun kaku, misalnya daun nyamplung
f.
Berdaging (carnosus), yaitu jika tebal
dan berair, misalnya daun lidah buaya
G. Sifat-sifat
Lain Pada Daun
a.
Warna daun
Walaupun umum
telah maklum, bahwa daun itu biasanya berwarna hijau, tetapi tak jarang pula
kita jumpai daun yang warnanya tidak hijau, lagi pula warna hijau pun dapat
memperlihatkan banyak variasi atau nuansa. Sebagai contoh dapat disebut daun
yang berwarna:
·
Merah, misalnya daun bunga buntut anjing
(Acalypha wilkesiana M.Arg.)
·
Hijau bercampur atau tertutup warna
merah, misalnya bermacam-macam daun puring (Colophyllum inophyllum L.)
·
Hijau kekuningan, misalnya daun tanaman
guni (Corcehorus capsularis L.)
Perlu dicatat,
bahwa dalam menyebut warna daun sangat besar pengaruh perseorangan, mengingat
mengenai warna tidak ada ukuran yang obyektif, lagi pula warna daun suatu jenis
tumbuhan dapat berubah menurut keadaan tempat tumbuhnya dan erat sekali
hubungannya dengan persediaan air dan makanan serta penyinaran.
b.
Permukaan Daun
Pada umumnya warna daun pada sisi atas
dan bawah jelas berbeda, biasanya sisi atas tampak lebih hijau, licin, atau
mengkilat, jika dibandingkan dengan sisi bawah daun. Kadang-kadang pada
permukaan daun terdapat alat-alat tambahan yang berupa sisik-sisik,
rambut-rambut, dan duri. Melihat keadaan permukaan daun itu orang lalu membedakan
permukaan daun yang licin, gundul, kasap, berkerut, berbingkul-bingkul,
berbulu, berbulu halus dan rapat, berbulu kasar, serta bersisik.
H.
Perkembangan Daun
Daun
baru berkembang dari primordial daun yang dibentuk pada meristem apeks. Setiap
primordial daun terbentuk pada bagian panggul meristem apeks pucuk. Ketika
primordial daun baru terbentuk, primordial daun sebelumnya (yang lebih tua)
telah melebar secara progresif, sebagai akibat aktifitas meristem di dalam daun
itu sendiri. Interval waktu antara pembentukan primordial daun sebelumnya
dengan primordial daun berikutnya pada meristem apeks disebut plastokron.
Primordial daun pada tumbuhan dikotil biasanya terbentuk pada sebagian kecil
dari diameter meristem apeks pucuk, sedangkan pada tumbuhan monokotil,
primordial daun terbentuk dan berkembang pada sekeliling meristem apeks pucuk.
Jadi, daun dikotil yang sangat muda tampak berbentuk seperti pasak, sedangkan
daun monokotil tampak seperti kerah baju yang menutupi seluruh aspek pucuk .
Primordial
daun akan terus berkembang ukurannya secara berangsur-angsur sehingga mencapai
ukuran dan bentuk tertentu. Bertambahnya ukuran daun terjadi sebagai akibat
bertambahnya jumlah sel yang diikuti dengan penambahan ukuran sel. Pembelahan
sel berbeda-beda pada daerah tertentu dari meristem daun, sehingga terjadi
aktifitas diferensial dari meristem daun yang menyebabkan terbentuknya
bentuk-bentuk daun yang berbeda. Selain itu, ada faktor lain yang menyebabkan
terbentuknya bentuk-bentuk daun yang berbeda, yaitu perbedaan fase hidup, gen
dan kondisi lingkungan. Perbedaan dibentuknya bentuk-bentuk daun agar kita
mudah mengenali ciri khas dari setiap spesies.Berikut perubahan struktur
epidermis dan mesofil jika ditinjau dari kondisi lingkungannya :
1. Tumbuhan
Xerofit hidup pada kondisi lingkungan kering
· Ukuran
daun kecil ukuran sel kecil, dinding sel
lebih tebal, jaringan pembuluh rapat.
· Stomata
terlindung di bagian yang lebih dalam dari epidermis.
· Jaringan
palisade umumnya lebih dari satu lapisan sel.
· Pada
permukaan daun terdapat kutikula dan trikoma.
· Pada
tumbuhan sukulen, terdapat banyak sel parenkim yang berfungsi untuk menyimpan
air.
2. Tumbuhan
Hidrofit tumbuhan yang hidup di air
· Jaringan
penyokong dan pelindung tereduksi, jaringan pembuluh berkurang (terutama xilem),
terbentuk ruang udara yang cukup besar à aerenkim.
· Epidermis
pengambilan nutrisi dari dalam air dan untuk pertukaran gas à Pada banyak
tumbuhan air, epidermis berklorofil.
· Kutikula
tipis.
· Stomata
pada umumnya tidak ada. Pada daun tumbuhan air yang terapung, stomata terdapat
pada permukaan atas.
· Daun
yang terendam dalam air termodifikasi menjadi bentuk silindris, meminimalkan
arus air yang melewati daun / mencegah koyaknya daun.
· Beberapa
tumbuhan air memiliki dua bentuk daun berbeda : daun darat dan daun air pengendalian ekspresi gen dalam pembentukan
daun.
3. Daun
pada tumbuhan yang disimpan di tempat gelap
· Lamina
lebih tipis dan area permukaan yang lebih lebar dibandingkan dengan daun yang
tumbuh pada kondisi cahaya normal.
· Laju
fotosintesis rendah pada saat cahaya matahari penuh.
· Laju
fotosintesis daun di tempat terbuka pada
lingkungan terlindung.
Pada
awal perkembangan daun, aktifitas meristem daun menyebabkan terjadinya
perpanjangan daun. Perpanjangan daun berikutnya terjadi sebagai akibat
aktifitas meristem interkalar. Pelebaran daun (bifacial/dorsoventral) terjadi
bila meristem tepi daun aktif melakukan pembelahan sel. Bila aktifitas meristem
tepi tersebut terbatas hanya pada daerah-daerah tertentu saja, maka akan
terbentuk daun yang berbagi menyirip atau majemuk menyirip. Jadi, pada dasarnya
bentuk daun sangat tergantung dari perkembangannya, terutama pembelahan dan
pembesaran sel. Selain itu, adanya kematian sel pada daerah-daerah tertentu
selama perkembangan daun berlangsung juga dapat menentukan bentuk akhir dari
suatu daun. Perkembangan daun seperti inilah yang merupakan dasar bagi
terbentuknya basal daun, ujung daun, tepi daun, dan bentuk geometri daun yang
berbeda-beda.
I. Modifikasi
Daun
Pada umumnya daun tumbuhan dikotil
maupun monokotil memiliki bentuk dan ukuran yang sangat beragam. Pada beberapa
tumbuhan, keragaman tersebut semakin bertambah dengan adanya perkembangan ke
arah tertentu yang menyebabkan daun tampak berubah, baik bentuk maupun
ukurannya. Daun-daun yang demikian itu dikatakan telah mengalami modifikasi.
Modifikasi pada daun terjadi sebagai akibat adanya reduksi atau penambahan
jaringan-jaringan tertentu selama perkembangannya. Modifikasi tersebut dapat
terjadi pada daun secara keseluruhan (daun secara utuh) atau hanya bagian-bagian
tertentu dari daun. Bagian daun tambahan, seperti stipula juga dapat
termodifikasi menjadi bentuk lain.
Di
bawah ini merupakan beberapa contoh daun yang termodifikasi:
a.
Kantong Semar (Nephentes)
Gambar 26. Kantong Semar (Nephentes)
Kantong semar memiliki daun yang ujungnya termodifikasi menjadi kantung
perangkap. Kantung tanaman yang berumah dua ini memiliki dua bagian, yaitu area
licin di bagian atas dan area digesti di bagian bawah. Bibir (peristom) dan
bagian bawah tutup kantung mengandung kelenjar nektar untuk menarik mangsa.
b. Venus flytraps
Gambar
27. Venus flytraps
Tanaman yang
endemik di daerah Carolina Utara dan Selatan ini memiliki daun yang
termodifikasi menjadi penjebak serupa jepit dengan beberapa rambut sensor gerak
di dalamnya. Modifikasi daun dengan dua lobus yang menutup bersamaan
dengan cukup cepat untuk menangkap serangga. Mangsa yang memasuki perangkap
menyentuh rambut sensoris, yang membangkitkan impuls listrik yang memicu
penutupan perangkap tersebut. Pergerakan perangkap itu sesungguhnya adalah
respons pertumbuhan yang sangat cepat di mana sel-sel di bagian luar setiap
lobus mengakumulasi air dan membesar.Keadaan ini akan mengubah bentuk lobus
tersebut, yang menyatukan pinggiran lobus secara bersama. Kelenjar dalam
perangkap itu kemudian mensekresikan enzim pencernaan, dan zat-zat makanan
kemudian diserap oleh daun yang dimodifukasi.
c.
Sundew – Drosera
Gambar
28. Sundew –
Drosera
Genus ini memiliki lebih dari 100 spesies dengan
ukuran (mulai dari beberapa mm hingga 1 meter) dan bentuk daun yang beragam
(mulai dari memanjang sampai membulat). Pada daun terdapat kelenjar berbentuk
bulat dengan tangkai panjang yang disebut tentakel. Jika ada serangga yang
tertangkap tentakel di sekitar mangsa akan bergerak mendekat. Beberapa spesies
bahkan menggulung atau menekuk daunnya untuk memperbesar area kontak dengan
mangsa. Drosera mampu menghasilkan enzim pencerna. Pada ujung rambutnya
dilapisi cairan yang sangat kental mirip embun dengan aroma yang khas untuk
menarik perhatian serangga. Serangga yang tertarik dengan aroma sundew berusaha
mendekat dan hinggap pada tumbuhan sundew. Apabila terkena rambut-rambut halus
sundew, serangga tersebut langsung menempel. Di saat serangga ingin melepaskan
diri, daun sundew yang panjang justru menggerakkan daunnya ke arah bagian dalam
untuk lebih merekatkan mangsanya.
d.
Kaktus
Gambar
29. Kaktus
Pada
tumbuhan, duri dapat dijumpai pada berbagai organ. Duri merupakan organ aksesori
dan berfungsi sebagai alat perlindungan diri dari pemangsa (serangga
maupun herbivora).
Duri dapat berasal dari modifikasi daun
atau merupakan organ aksesori sejati. Kaktus adalah nama yang
diberikan untuk anggota tumbuhan berbunga famili Cactaceae. Kaktus dapat tumbuh
pada waktu yang lama tanpa air. Kaktus biasa ditemukan di daerah-daerah yang
kering (gurun). Kata jamak untuk kaktus adalah kakti. Kaktus memiliki daun
yang berubah bentuk menjadi duri
sehingga dapat mengurangi penguapan air lewat daun. Oleh sebab itu, kaktus
dapat tumbuh pada waktu yang lama tanpa air.
J. Ujung
daun
Ujung
daun dapat pula memperlihatkan bentuk yang beraneka rupa. Bentuk-bentuk ujung
daun yang sering kita jumpai ialah :
a.
Runcing (acutus), jika kedua tepi daun di kanan
kiriibu tulang sedikit demi sedikit menuju ke atas dan pertemuannnya pada
puncak daun membentuk suatu sudut lancip (lebih kecil dari 90°). Ujung daun
yang runcing lazim kita dapat pada daun-daun bangun: bulat memanjang, lanset,
segitiga, delta, belah ketupat,dll. Sebagai contoh ujung daun oleander (Nerium oleander L.).
Gambar 30. ujung daun oleander (Nerium oleander L.)
b.
Meruncing (acuminatus), seperti pada ujung yang
runcing tetapi titik pertemuan kedua tepi daunnya jauh lebih tinggi dari
dugaan, hingga ujung daun nampak sempit panjang runcing, misalnya ujung daun
sirsak (Annona muricata L.),
Gambar 31. ujung daun sirsak (Annona muricata L.)
c.
Tumpul (obtusus), tepi daun yang semula masih
agak jauh dari ibu tulang, cepat menuju ke suatu titik pertemuan, hingga
terbentuk sudut yang tumpul (lebih besar dari 90°), sering kita jumpai pada
daun bangun bulat telur terbalik atau bangun sudip. Misalnya ujung daun sawo
kecik (manilkara kauki Dub.)
Gamabar 32. ujung daun sawo kecik (manilkara kauki Dub.)
d.
Membulat (rotundatus), seperti pada ujung yang
tumpul, tetapi tidak terbentuk sudut sama sekali, hingga ujung daun merupakan
semacam suatu busur, terdapat pada daun yang bulat atau jorong, atau pada daun
bangun ginjal, misalnya ujung daun kaki kuda (Centella asiatica Urb.), ujung daun teratai besar (nelumbium nelumbo Druce),
Gambar 33. ujung daun teratai besar (nelumbium nelumbo Druce)
e.
Rompang (truncatus),ujung daun tampak sebagai
garis yang rata, misalnya ujung anak daun semanggi (marsilea crenata presl.),
daun jambu monyet (Anacardium Occidentale
L.),
Gambar 34. ujung daun jambu monyet (Anacardium
Occidentale L.)
f.
Terbelah (retusus), ujung daun justru
memperlihatkan suatu lekukan, kadang-kadang amat jelas, misalnya ujung daun
sidaguri (Sida retusa L.),
kadang-kadang terbelahnya ujung hanya akan kelihatan jelas jika diadakan
pemeriksaan yang teliti. Seperti misalnya ujung daun bayam (Amaranthus hybridus L.)
Gambar 35. ujung daun bayam (Amaranthus
hybridus L.)
g. Berduri (mucronatus),
yaitu jika ujung daun ditutup dengan suatu bagian yang runcing keras, merupakan
suatu
duri, misalnya ujung daun nenas sebrang (Agape
sp).
Gambar 36. ujung daun
nenas sebrang (Agape sp).
K. Pangkal
Daun (Basis Folii)
Apa
yang telah diuraikan mengenai ujung daun pada umumnya dapat pula diberlakukan
untuk
pangkal
daun. Selain dari itu ada pula kalanya bahwa kedua tepi daun di kanan kiri
pangkal
dapat
bertemu dan berlekatan satu sama lain, oleh sebab itu pangkal daun dibedakan
dalam:
1. Yang
tepi daunnya di bagian itu tidak pernah bertemu, tetapi terpisah oleh pangkal
ibu tulang/ ujung tangkai daun. Dalam keadaan demikian pangkal daun dapat:
a.
Runcing (acutus), biasanya terdapat pada daun
bangun memanjang, lanset, belah ketupat, dll.
Gambar 37. Pangkal daun runcing
b.
Meruncing (acuminatus), biasanya pada daun bangun
bulat telur sungsang atau daun bangun sudip,
Gambar 38. Pangkal daun meruncing
c.
Tumpul (obtusus), pada daun-daun bangun bulat,
jorong,
Gambar 39. Pangkal daun tumpul
d.
Membulat (rotundatus) pada daun-daun bangun bulat,
jorong dan bulat telur,
Gambar 40. Pangkal daun membulat
e.
Rompang atau
rata (truncatus), pada daun-daun
bangun segitiga, delta, tombak,
Gambar 41. Pangkal daun rompang atau rata
f. Berlekuk (emarginatus),
pada daun-daun bangun jantung, ginjal, anak panah
Gambar 42. Pangkal daun berlekuk
2. Yang
tepi daunnya dapat bertemu dan berlekatan satu sama lain :
a. Pertemuan
tepi daun pada pangkal terjadi pada sisi yang sama terhadap batang sesuai
dengan letak daun pada batang tadi, seperti lazim dapat kita lihat pada
daun-daun bangun perisai
b. Pertemuan
tepi daun terjadi pada sisi seberang batang yang berlawanan atau berhadapan
dengan letak daunnya. Dalam hal ini tampaknya seperti pangkal daun tertembus
oleh batangnya (perfoliatu).
Jika ditinjau bentuknya pangkal
daun seperti tersebut di atas ini biasanya adalah membulat.
L. Tata
Letak Daun Pada Batang (Phyllotaxis atau Dispositio Foliorum)
Daun-daun pada suatu tumbuhan biasanya
terdapat pada batang dan cabang-cabangnya, ada pula kalanya daun-daun suatu
tumbuhan berjelal-jelal pada suatu bagian batang, yaitu pada pangkal batang
atau pada ujungnya. Umumnya daun pada batang terpisah-pisah dengan suatu jarak
yang nyata.
Bagian
batang atau cabang tempat duduknya suatu daun disebut buku-buku batang (nodus),
dan bagian ini seringkali tampak sebagai bagian batang yang sedikit membesar
dan melingkar batang sebagai suatu cincin, yang dapat kita liat jelas pada
bambu (Bambusa sp.), tebu (Saccharum officinarum L.) dan semua
pada umumnya, sedang bagian batang antara dua buku-buku dinamakan ruas
(internodum). Walaupun pada tumbuhan lain biasanya tak nampak adanya buku-buku
batang yang jelas, tetapi juga disini kita menyebut tempat duduknya daun
sebagai buku-buku, sedang bagian batang antara dua daun sebagai ruas pula.
Jika
kita membandingkan duduknya daun pada batang berbagai jenis tumbuhan, ternyata
bahwa ada perbadaan, terutama perbedaan itu mengenai aturan letak daun-daun
satu sama lain pada batang tadi. Aturan mengenai letaknya daun inilah yang
dinamakan tata letak daun. Untuk tumbuhan yang sejenis (semua pohon pepaya dan
dimana saja tumbuhnya), akan kita dapati tata letak daun yang sama, oleh sebab
itu tata letak daun dapat pula di pakai sebagai tanda pengenal suatu tumbuhan.
Untuk mengetahui bagaimana tata
letak daun pada batang, harus ditentukan terlebih dahulu berapa jumlah daun
yang terdapat pada satu buku-buku batang, yang kemungkinan ialah:
a.
Pada setiap buku-buku hanya terdapat
satu daun saja.
b.
Pada tiap-tiap buku-buku batang terdapat
dua daun yang berhadap-hadapan.
c.
Pada setiap buku-buku batang terdapat
lebih dari pada dua daun.
Berdasarkan
jumlah daun pada buku-buku batang yang memperlihatkan tiga kemungkinan diatas
dapatlah disebut suatu ikhtisar mengenain tata letak daun sebagai berikut:
1.
Pada tiap buku-buku batang hanya
terdapat satu daun
Jika demikian keadaannya, maka tata letak daun
dinamakan tersebar (folia sparsa). Walaupun dinamakan tersebar, tetapi jika
diteliti justru akan kita jumpai hal-hal yang sangat menarik, dan akan ternyata
bahwa ada hal-hal yang bersifat beraturan. Jika misalnya pada suatu tumbuhan, batangnya
kita anggap mempunyai bentuk silinder, buku-buku batang sebagai
lingkaran-lingkaran dengan jarak yang teratur pada silinder tadi, dan tempat
duduknya daun adalah suatu titik pada lingkaran itu, maka akan kita temukan
hal-hal berikut.
Kalau kita mengambil
salah satu titik (tempat duduk daun) sebagai titik tolak, dan kita bergerak
mengikuti garis yang menuju ke titik duduk daun pada buku-buku batang diatasnya
dengan mengambil jarak terpendek, demikian seterusnya, pada suatu saat kita
akan sampai pada suatu daun yang letaknya tepat pada garis vertikal diatas daun
pertama yang kita pakai sebagai pangkal tolak, dan sementara itu kita berputar
mengikuti suatu garis spiral yang melingkari batang tadi. Pada perjalanan
melingkar sampai tercapainya daun yang tegak lurus diatas pangkal tolak, telah
kita lewati sejumlah daun yang tertentu. Kejadian yang demikian itu akan selalu
berulang kembali, walaupun kita ambil daun yang lain sebagai titik tolak. Jadi
mengenai tata letak daun jelas ada ciri-ciri khas yang bersifat beraturan.
Ternyata disini, bahwa perbandingan antara
banyaknya kali garis spiral itu melingkari batang dengan jumlah daun yang
dilewati selama sekian kali melingkar batang tadi (daun permulaan tidak
dihitung) merupakan suatu pecahan yang nilainya tetap untuk suatu jenis
tumbuhan. Jika untuk mencapai daun yang tegak lurus dengan daun permulaan garis
spiral tadi mengelilingi batang a kali,
dan jumlah daun yang dilewati selama itu adalah b, maka perbandingan keduan
bilangan tadi akan merupakan pecahan a/b, yang dinamakan juga: rumus daun atau
divergensi. Diatas telah diterangkan, bahwa untuk mencapai dua daun yang tegak
lurus satu sama lain telah dilewati sejumlah b daun, berarti pada batang
terdapat pula sejumlah b garis-garis tegak lurus (garis vertikal)yang
dinamakan: ortostik. Garis spiral yang
kita ikuti melingkar batang, merupakan suatu garis yang menghubungkan daun-daun
berturut-turut dari bawah ke atas, jadi menurut urut-urutan tua mudanya. Garis
spiral ini dinamakan spiral genetik.
Pecahan a/b selanjutnya dapat menunjukan,
jarak sudut antara dua daun berturut-turut, jika diproyeksikan pada bidang
datar. Jarak sudut antara dua daunberturut-turut pun tetap dan besarnya adalah
a/b x besarnya lingkaran =a/b x 360º , yang disebut sudut divergensi. Jika kita
memeriksa berbagai jenis tumbnuhan dengan tata letak daun tersebar, akan
ternyata, bahwa pecahan ½, 1/3, 2/5, 3/8, 5/13, 8/21 dst. Jika kita amati
dengan seksama angka-angka yang membentuk pecahan-pecahan tadi, maka deretan
angka-angka pecahan yang masing-masing dapat merupakan rumus dau suatu jenis
tumbuhan itu, memperlihatkan sifat berikut:
Ø
Tiap suku di belakang suku kedua jadi
suku ketiga dst. Merupakan suatu pecahan, yang pembilangnya dapat diperoleh
deangan menjumlah kedua pembilang dua suku yang ada di depannya, demikian pual
penyebutnya, yang merupakan hasil penjumlahan kedua penyebut dua suku yang
didepannya tadi.
Ø
Tiap suku dalam deret itu merupakan
suatu pecahan yang penyebutnya merupakan selisih antara penyebut dan pembilang
suku yang didepannya, sedang penyebutnya adalah jumlah penyebut suku didepannya
dengan pembilang suku itu sendiri.
Dereatan
rumus-rumus daun yang memperlihatkan sifat yang begitu karakteristik ini
menurut nama yang menemukannya dinamakan deret fibonacci.
Pada
berbagai jenis tumbuhan dengan tata letak daun tersebar, kadang-kadang
kelihatan daun-daun yang duduknya rapat berjejal-jejal, yaitu jika ruas-ruas
batang amat pendek, sehingga duduk daun pada batang tampak hampir sama tinggi,
dan sangat sukar untuk menentukan urut-urutan tua mudanya. Daun-daun yang
mempunyai susunan demikian disubut suatu roset (rosula).
Kita
membedakan:
a.
Roset akar, yaitu jika batang amat
pendek, sehingga semua daun berjejal-jejal di atas tanah, jadi roset itu amat
dekat dengan akar, misalnya pada lobak (Raphanus sativus L.) dan tapak
liman (Elephantopus scaber L.)
Gambar 43. Roset akar
b.
Roset batang, jika daun yang rapat
berjejal-jejal itu terdapat pada ujung batang, misalnya pada pohon kelapa (Cocos
nucifera L.) dan bermacam-macam palma lainnya.
Gambar
44. Roset batang
Pada
cabang-cabang yang mendatar atau serong keatas, daun-daun dengan tata letak
tersebar dapat diatur sedemikian rupa sehingga helaian-helaian dauin pada
cabang itu teratur pada suatu bidang datar, dan membentuk suatu pola seperti
mosaik (pola karpet). Susunan daun yang demikian itu disebut mosaik daun.
Gambar
45. Mosaik daun
Bagi cabang-cabang mosaik daun terjadi
karena semua daun terlentang kekiri dan kekanan dengan menggunakan bidang datar
tersebut seefektif mungkin. Letak daun-daun yang demikian itu terlihat pada
pohon-pohon alnus. Bagi cabang-cabang yang tumbuh serong keatas, daun-daun yang
tata letaknya tersebar menempatkan helaian-helaian daun pada suatu bidang datar
pada ujung cabang. Helaian-helain daun yang muda ditengah dan ke pinggir
daun-daun yang lebih tua yang biasanya pun lebih lebar. Hal itu dapat tercapai
karena tangkai daun-daun menuju ke ujung cabang menjadi semakin pendek. Tipe
mosaik daun yang demikian ini terdapat pada pohon kemiri (Aleurites moluccana
Willd.) dan jenis-jenis begonia tertentu.
Gambar 46. Mosaik daun pada pohon kemiri
2.
Pada tiap buku-buku batang terdapat dua
daun
Dalam
hal ini dua daun pada setiap buku-buku itu letaknya berhadapan (terpisah oleh
jarak sebesar 180º). Pada buku-buku batang berikutnya biasanya kedua daunnya
membentuk suatu silang dengan dua daun yang dibawahnya tadi. Tata letak daun
yang demikian ini dinamakan berhadapan-berseling (folia op.posita atau folia
decussata), misalnya pada mengkudu (Morinda citrifolia L.), soka (Ixora
paludosa Kurz.) dll.
Gambar
47. Daun mengkudu (Morinda citrifolia L.)
3.
Pada tiap buku-buku batang terdapat
lebih dari dua daun
Tata
letak daun yang demikian ini dinamakan berkarang (folia verticillata), dapat di
temukan pada pohan pulai (Alstonia scholaris R. Br.), alamanda (Allamanda
cathartica L.), oleander (Nerium oleander L.)
Gambar
48. Daun oleander (Nerium oleander L.)
Pada
tumbuhan dengan tata letak daun berhadapan dan berkarang tak dapat ditentukan
rumus daunnya, tetapi juga pada duduk daun yang demikan dapat pula
diperlihatkan adanya ortostik-ortostik yang menghubungkan daun-daun yang tegak
lurus satu sama lain tadi.
M. Bagan (skema) Dan
Diagram Tata Letak Daun
Untuk
nmemberikan penjelasan mengenai tata letak daun pada batang tanaman, dapat
ditempuh dua jalan:
a.
Membuat bagan atau skema letaknya, daun
b.
Membuat diagramnya
a.
Bagan tata letak daun
Untuk
keperluan ini batang tumbuhan diagram sebagai silinder dan padanya diagram
membujur ortostik-ortostiknya, demikian pula buku-buku batangnya.untuk menghindarkan kekeliruan
seyogyanya garis-garis yang menggambarkan masing-masing bagian
tadi dibuat berbeda-beda. Daun-daunnya digambar sebagai penampang lintang
helaian daun yang diperkecil, jadi sebagai suatu segi tiga dengan dasar lebar yang
terletang (dengan dasarnya yang lebar tadi menghadap ke atas). Jika yang
digambarkan tata letak daun menurut rumus 2/5 misalnya, kita harus menggambar
terlebih dahulu 5 ortostiknya, dan seterusnya daun-daun pada setiap
buku-bukunya yang jaraknya satu sama lain sejauh 2/5 lingkaran, maka kita akan
melihat, bahwa dimulai dengan daun yang mana saja, setelah garis spiral genetik
melingkari batang sampai dua kali akan melewati 5 daun selama melingkar dua
kali tadi. Dan pada bagan itu akan terlihat, bahwa daun-daun no. 1, 6, 11, dst.
Tiap kali ditambah 5, demikian pula daun-daun no. 2, 7, 12, dst. Akan terletak
pada ortostik yang sama. Untuk memperlihatkan itu perlu semua daun diberi nomor
urut sepanjang spiral genetiknya.
b.
Diagram tata letak daun atau Diagram daun
Untuk
nmembuat diagramnya batang tumbuhan harus dipandang sebagai kerucut yang
memanjang, dengan buku-buku batangnya sebagai lingkaran-lingkaran yang
sempurna. Jika diproyeksikan pada suatu bidang datar, maka buku-buku batang
akan menjadi lingkaran-lingkaran yang konsentris dan puncak batang akan
merupakan titik pusat semua lingkaran tadi. Ortostiknya akan merupakan
jari-jari lingkaran itu. Kalo sebagai contoh diambil lagi tata letak daun
menurut rumus 2/5, maka untuk memperlihatkan daun yang dududk pada satu
ortostik sekurang-kurangnya harus dibuat 6 lingkaran yang konsentsis (lebih
banyak lebih baik), dan kelima ortostiknya akan membagi lingkaran-lingkaran
tadi dalam 5 sektor yang sama besarnya. Pada setiap lingkaran berturut-turut
dari luar kedalam digambarkan daunnya, seperti pada pembuatan bagan tadi dan
diberi nomor urut. Dalam hal ini perlu diperlihatkan, bahwa jarak antara 2 daun
adalah 2/5 lingkaran, jadi setiap kali, harus meloncati satu ortostik. Spiral
genetiknya dalam diagram daun akan merupakan suatu garis spiral yang putarannya
semakin keatas digambar semakin sempit. Juga pada diagram akan kita lihat
hal-hal yang sama seperti telah diuraikan mengenai bagan tata letak daun.
N.
Spirostik Dan Parastik
Pada
suatu tumbuhan garis-garis ortostik yang biasanya tampak lurus ke atas, dapat
mengalami perubahan-perubahan arahnya karena pengaruh macam-macam faktor.
Perubahan yang sangat karakteristik ialah perubahan ortostik menjadi garis
spiral yang tampak melingkar batang pula. Dalam keadaan yang demikian spiral
genetik sukar untuk ditentukan, dan tampaknya letak daun pada batang mengikuti
ortostik yang telah berubah menjadi garis spiral tadi, yang disini lalu diberi
nama yang lain pula, yaitu: spirostik. Suatu spirostik terjadi biasanya karena
pertumbuhan batang tidak lurus melainkan memutar. Akibatnya ortostiknya pun
ikut memutar dan berubah menjadi spirostik tadi. Tumbuhan yang memperlihatkan
sifat demikian ini misalnya:
·
Pacing (Costus speciosus Smith),
yang mempunyai satu spirostik, hingga daun-daunnya tersusun seperti anak tangga
pada tangga yang melingkar,
Gambar
49. Daun pacing (Costus speciosus Smith)
·
Bupleurum falcatum,
yang mempunyai dua spirostik,
Gambar
50. Bupleurum falcatum
·
Pandan (Pandanus tectorius Sol.)
yang memperlihatkan 3 spirostik.
Gambar
51. Pandan (Pandanus tectorius Sol.)
Selanjutnya
pada tumbuhan yang letak daunnya cukup rapat satu sama lain, misalnya pada
kelapa sawit (Elais guineensis Jacq.), daun-daunnya seakan-akan duduk
menurut garis-garis spiral ke kiri atau ke kanan. Pada pohon ini ortostik dan
spiral genetiknya amat sukar ditentukan. Garis-garis spiral dengan arah putaran
melingkar batang ke kiri dan ke kanan itu menghubungkan daun-daun yang menurut
arah ke samping(mendatar,horizontal) mempunyai jarak terdekat. Dapat dimengerti
bahwa setiap daun mempunyai tetangga yang terdekat satu di sebelah kiri dan
satu lagi di sebelah kanannya. Dari itu pula tampaknya lalu ada dua spiral ke
kiri dan ke kanan. Garis-garis spiral inilah yang disebut parastik. Juga
garis-garis spiral yang tampak pada buah nenas tadi adalah parastik-parastik.
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Daun merupakan salah
satu organ tumbuhan yang
tumbuh dari batang, umumnya berwarna hijau (mengandung klorofil) dan
terutama berfungsi sebagai penangkap energi dari cahaya matahari melalui
fotosintesis. Daun merupakan organ terpenting bagi tumbuhan dalam
melangsungkan hidupnya karena tumbuhan adalah organisme autotrof obligat, ia
harus memasok kebutuhan energinya sendiri melalui konversi energi cahaya
menjadi energi kimia. Daun mempunyai fungsi: Tempat pembuatan makanan
(Fotosintesis), sebagai organ pernapasan (Respirasi), tempat terjadinya
transpirasi, tempat terjadinya gutasi, alat perkembangbiakkan vegetatif. Adapun
daun berdasarkan jumlah anak daun dalam satu tangkai yaitu daun tunggal dan
daun majemuk. Menurut susunan
anak daun pada ibu tangkainya, daun majemuk dapat di bedakan
menjadi: daun majemuk menyirip (pinnatus), daun majemuk menjari (palmatus atau
digitatus), daun majemuk bangun kaki (pedatus), daun majemuk campuran (digitato pinnatus). Berdasarkan susunan tulang daunnya, daun dibedakan
menjadi:
tulang daun menyirip, tulang daun menjari, tulang daun melengkung, tulang daun
sejajar. Dalam garis besarnya tepi daun dapat di bedakan dalam 2 macam: rata
(ineger) contohnya pada daun nangka, dan bertoreh (divisus). daging daun ialah:
bagian daun yang terdapat diantara tulang-tulang daun dan urat-urat daun. Daun
baru berkembang dari primordial daun yang dibentuk pada meristem apeks. Setiap
primordial daun terbentuk pada bagian panggul meristem apeks pucuk. Ketika
primordial daun baru terbentuk, primordial daun sebelumnya (yang lebih tua)
telah melebar secara progresif, sebagai akibat aktifitas meristem di dalam daun
itu sendiri. Primordial daun akan terus berkembang ukurannya secara
berangsur-angsur sehingga mencapai ukuran dan bentuk tertentu. Pada umumnya
daun tumbuhan dikotil maupun monokotil memiliki bentuk dan ukuran yang sangat
beragam. Pada beberapa tumbuhan, keragaman tersebut semakin bertambah dengan
adanya perkembangan ke arah tertentu yang menyebabkan daun tampak berubah, baik
bentuk maupun ukurannya. Daun-daun yang demikian itu dikatakan telah mengalami
modifikasi. Modifikasi pada daun terjadi sebagai akibat adanya reduksi atau
penambahan jaringan-jaringan tertentu selama perkembangannya. Modifikasi
tersebut dapat terjadi pada daun secara keseluruhan (daun secara utuh) atau
hanya bagian-bagian tertentu dari daun.
DAFTAR
PUSTAKA
·
Tjitrosoepomo, Gembong. 1986. Morfologi
Tumbuhan. Jogjakarta: Gajah Mada University
No comments:
Post a Comment